minikutumedia.com – Hari ini yaitu tepatnya pada tanggal 17 Agustus merupakan hari kemerdekaan Negara Indonesia. Nah pasti Sahabat Kutu udah tidak asing dengan lagu satu ini, yap Hari Merdeka atau yang biasa kita kenal dengan 17 Agustus.
Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita
Itulah lirik dari lagu Hari Merdeka yang biasa kita nyanyikan saat perayaan Kemerdekaan Indonesia. Sejak kecil pasti Sahabat Kutu semua sudah hapal dengan lagu ini ya.
Eittss tapi ada yang tahu ngga pencipta lagu Hari Merdeka itu siapa? yap dia adalah Husein Mutahar atau Muhammad bin Husein al Mutahar. Kutu akan coba menceritakan sedikit fakta tentang sosoknya, sang pencipta lagu kemerdekaan.
Husein Mutahar lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada 5 Agustus 1916. Beliau adalah seorang seniman dan pencipta lagu. Lagu syukur, Hymne Pramuka dan Dirgahayu Indonesia merupakan beberapa karya lagu nasional yang beliau ciptakan. Habib Muthahar merupakan pencipta lagu Hari Mereka atau 17 Agustus 1945. Lagu kebangsaan itu diperkenalkan pada tahun 1946.
Ternyata Husein Mutahar di jaman masih belum merdeka dulu pernah ikut peran serta dalam peristiwa penting menuju kemerdekaan Indonesia. Sempat ambil bagian saat melawan Belanda yang kita sebut ‘Pertempuran Lima Hari’. Saat itu pemerintah pusat dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta dan beliau diberi pangkat Kapten Angkatan Laut.
Saat Agresi Belanda pada tahun 1948, Soekarno menitipkan Bendera Pusaka yang dijahit oleh Ibu Fatmawati dan menyelamatkan bendera agar tidak disita pihak belanda dengan cara mencabut benang jahitan yang menyatukan bagian merah dan putihnya setelah itu diselipkan di dalam tas miliknya dan Belanda saat itu jadi tidak mengenali bendera pusaka Indonesia tersebut.
Setahun setelah proklamasi kemerdekaan atau 17 Agustus 1946, upacara ulang tahun kemerdekaan digelar di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta. Saat itu, Ibu kota Indonesia berada di Yogyakarta. Beliau diminta Presiden Sukarno untuk mempersiapkan upacara kenegaraan memperingati Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Banyak peran serta dari Husein Mutahar dalam detik-detik menuju Proklamasi. Meski sudah memiliki Tanda Kehormatan Negara Bintang Mahaputra dan Bintang Gerilya, beliau menolak untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata hingga akhirnya beliau yang meninggal pada 9 Juni 2004 ini disemayamkan di peristiharatan terakhirnya di TPU Jeruk Purut Jakarta Selatan.