Sebagai masyarakat urban yang hidup di tengah modernitas dan kemajuan yang diciptakan dari pola pikir perkotaan, terkadang kita sering meremehkan hal-hal yang berbau pepatah dan pamali dari orang tua, karena kita selalu merasa pemikirannya terlalu kolot. Padahal seringkali beberapa nilai dari pemikiran yang dianggap kolot ini masih ada pada tujuan menasehati secara baik. Memberikan pegangan pada kehidupan kita sehari-hari. Meskipun, terkadang pepatah dan pamali ini bisa membuat kita menjadi Pondok Léngkah (Terbatas dalam melangkah).
Ketika kita menjalani kehidupan sehari-hari orang tua kita seringkali melarang ini atau itu. Sebagai orang yang lahir di Jawa Barat pasti sering mendengar “Ulah diuk di lawang panto, bisi nongtot jodo (jangan duduk di depan pintu, nanti susah jodoh)”, “Ulah motong kuku ti peuting (jangan memotong kuku malam hari)”, “Urang sunda ulah nikah jeung urang jawa (orang sunda jangan menikah dengan orang jawa)”, “Kudu seubeuh méméh dahar, kudu nepi méméh indit (harus melihat ke depan, memikirkan resiko yang akan dihadapi atas keputusan)”, “Ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala saléngkah (bersikap hati-hati dalam menjalani kehidupan, menghindari timbulnya permasalahan yang tidak diinginkan)”. Semua pepatah dan pamali tersebut bisa menjadi pegangan untuk kita, namun bisa juga membuat gerak menjadi terbatas. Membuat kita menjadi terlalu banyak berpikir akan melakukan sesuatu.
“Pepatah dan pamali tersebut seringkali membuat kita bingung, harus maju atau mundur, harus kita ambil keputusan untuk berkembang atau tidak. Dan seringkali membuat kita menjadi tidak melakukan apa-apa, hanya berada di tengah, tidak bergerak secara luwes dan signifikan. Kita selalu dalam pengawasan yang ketat oleh pepatah dan pamali tadi.” Ucap Rizky Trisna Nugraha.
Overseen memaknainya sebagai kehidupan yang enggan mengambil hidup dengan pesona-pesona yang besar, ketenaran yang berlebihan. Menjalani hidup dengan biasa-biasa saja. Melihat terang dan gelap dari sudut yang tepat. Karena kita sudah terlalu banyak hidup dalam pengawasan yang membuat diri menjadi was-was.