Tiga tahun berjalan tanpa rilisan, unit post-rock instrumental muda asal Tanjungsari, Sumedang, Arriving Creatures mulai kembali menyusun kepingan puzzle yang semula terhambat pandemi dan kesibukan masing-masing. Ialah “Lost” yang lahir dari keresahan fase hilang arah dan ratapan kesenduan yang membawa mereka menciptakan lagu berdurasi lima menit tersebut. Lagu ini juga menjadi amunisi mereka menuju perilisan album perdana yang dijadwalkan rilis akhir tahun ini.
“”Lost” bercerita tentang ekspektasi yang tak sesuai realita serta euforia sesaat yang tak disadari akan menggerogoti jiwa ini. Jiwa yang terabduksi dan bermetamorfosis menjadi sebuah parasit yang terus menipis, dan menegaskan bahwa relung jiwa ini semakin sirna. Pada akhirnya jiwa ini hilang tak terarah.” Ujar Buba sang bassist.
“Lost” merupakan materi lama yang mengendap dan belum selesai proses pengerjaannya, dikerjakan pertama kali di tahun 2019 dan mengalami setidaknya dua kali perubahan aransemen di tahun 2021 dan 2022, hingga pada akhirnya mereka sepakat untuk merilisnya di tahun 2023 ini, 4 tahun pasca batu pertama lagu tersebut itu diletakkan.
Single anyar mereka ini direkam di Krammer Records, lalu mengalami gubahan aransemen di Rumah Cerita, dan melalui proses mixing serta mastering oleh Ojell Lejo juga diberi sedikit sentuhan penyempurna oleh Rooftopsoundsrecs selaku label yang merilis “Lost” ke kanal digital.
“Lost” semakin diperkuat dengan sampul foto yang digarap oleh Bikry Praditya yang menunjukkan seseorang tersesat di tengah hutan, dengan gambar yang tidak fokus kepada objek, ia berusaha menyampaikan bahwa selain tersesat dan hilang arah, perempuan tersebut juga bahkan sudah tidak mampu fokus untuk mengenali dirinya sendiri. Persis seperti apa yang ingin disampaikan keempat martir di belakang instrumen Arriving Creatures.
Tak cuma itu, Arriving Creatures juga menyiapkan video singkat yang dikerjakan oleh More Violence Less Bored. Nantinya, video tersebut akan ditaruh di canvas Spotify, yang memperlihatkan seorang perempuan berlari-lari di tengah hutan, cemas dan kebingungan, hilang arah dan tujuan, hingga tersaji visualisasi yang begitu depresif selaras dengan garis besar cerita lagu “Lost” itu sendiri.
“Lost” siap mengajak pendengarnya berfantasi pada relung kesedihan paling dalam, diwakili oleh letupan gitar serupa teriakkan bathin yang meronta dan dibuat semakin kacau oleh bunyi synthesizer yang kentara, membuat “Lost” harus menjadi salah satu rilisan yang diperhitungkan tahun ini.